Agus Burhan I Yayasan Merapi Yogyakarta I 2000 I 176 hlm
Buku ini dijadikan salah satu contoh bentuk penelitian yang baik tentang seni rupa yang dimuat dalam buku R.M.Soedarsono, Metodologi Penelitian: Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Ia menampilkan sejarah panjang seni lukis di Hindia Belanda 1900-1942.
Awal abad ke-20, seni lukis pribumi mengalami perkembangan dalam bentuk organisasi hingga friksi aliran seni. Pada masa itu, muncul seni lukis gaya mooi indie (Indie/Hindia Belanda yang indah) yang dikritik habis Sudjojono dan kawan-kawan. Sudjojono kemudian ikut mendirikan kelompok Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) pada 1937. Kelompok ini mengusung gaya realisme kerakyatan, menentang kaum mooi indie.
Sudjojono adalah tokoh besar seni lukis Indonesia pada masa pergerakan nasional dan pada masa polemik kebudayaan tahun 1930-an. Ia dan kelompoknya ingin menampilkan seni lukis yang bernapaskan kerakyatan. Bukan hanya memenuhi selera golongan terbatas yang mengagumi Hindia Belanda dari keindahan saja. Ia sangat menentang pelukis-pelukis yang hanya menampilkan keindahan alam, gadis cantik, dan lain-lain. Basuki Abdullah yang tersohor sebagai pelukis istana, ia kecam habis-habisan.
Dalam sejarah, tampilnya seni lukis gaya mooi indie bukan merupakan satu fenomena tanpa kawan. Saat itu, di Hindia Belanda berkembang sebuah kebudayaan dan gaya hidup di lingkungan pejabat Belanda berdarah campuran yang disebut kebudayaan Indis, sebuah budaya campuran. (Kuncoro Hadi)
(Dinukil dari Gelaran Almanak Seni Rupa Jogja 1999-2009, IBOEKOE, 2009)
komen sendiri ah
BalasHapus